MAKALAH
TUJUAN PENDIDIKAN
Dosen Pembimbing:
Bapak Mahbub Junaidi . M.Th.I
Di Susun Oleh:
1.Lilis Ekawati
2.Khoirul Amin
UNIVERSITAS ISLAM DARUL ULUMLAMONGAN
FAKULTAS AGAMA ISLAM
TAHUN AKADEMIK
2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kami rahmat serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikam
makalah yang berjudul “TUJUAN PENDIDIKAN” ini dengan sesuai rencana. Makalah
ini bertujuan untuk melatih ketajaman berfikir dan kekompakan dalam kelompok
untuk menyatukan beberapa pemikiran yang berbeda menjadi makalah yang baik.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak H.M. Afif Hasbullah , S.H, S.Ag, M.Hum, selaku rector universitas
islam darul ulum lamongan dan Bapak Mahbub Junadi .M.Th.I. selaku pembimbing
yang telah banyak memberikan kami pengarahan kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan benar.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari pembaca sangatlah diharapkan, atas kritik dan sarannya
kami mengucapkan terima kasih.
Lamongan 26 februari,2016
Tim
penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Judul.......................................................................................................
KATA PENGANTAR..........................................................................................
DAFTAR
ISI.........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................
A.Latar
belakang.......................................................................................
B.Rumusan
masalah..................................................................................
C.Tujuan
masalah......................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A.Tafsir Surat Ali Imron Ayat138-139........................................................
B Tafsir Surat Al-Fath Ayat
29......................................................................
C.Tafsir Surat Al-Khaj Ayat
41.......................................................................
D.Tafsir Surat Az- Zariyat
56.......................................................................
BAB III
PENUTUP.............................................................................................. A.Kesimpulan.................................................................................... ……
DAFTAR
PUSTAKA.............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Seperti kita
ketahui sendiri, Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW, dengan perantara Malaikat Jibril AS secara berangsur-angsur,
berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelas atas petunjuk tersebut
serta sebagai pembeda antara yang haq dan bathil agar bisa membebaskan manusia
dari kesesatan menuju jalan yang lurus. Atas dasar tersebut, maka kami mencoba
membahas Tafsir Surat Ali Imran ayat 138-139 yang menjelaskan tentang salah
satu fungsi Al-Qur’an dari sekian banyak fungsi lainnya yaitu sebagai petunjuk
dan pembimbing menuju jalan yang benar agar kita menjadi orang-orang yang
bertaqwa.
Dan juga
Tafsir surat Al Fath ayat 29 yang menjelaskan tentang pribadi Rasulullah Saw
dan para sahabat beliau. Beliau adalah seorang manusia biasa, hanya saja beliau
di beri wahyu oleh Allah Swt dan menjadi utusan-Nya. Beliau adalah Nabi penutup
dan sekaligus Rasul yang terakhir. Beliau diangkat menjadi utusan Allah itu tidak
untuk dipuji oleh sekalian umatnya, tidak untuk disanjung dan dijunjung tinggi
sampai setinggi langit, serta tidak untuk di dewa-dewakan, atau senantiasa
diperingati hari lahirnya oleh segenap pengikutnya, tetapi untuk diikuti
kepeminpinannya dalam urusan beriman kepada Allah, untuk dituruti tuntunannya
dalam hal cara beribadah kepada-Nya, serta untuk dicontoh akhlak dan budi
pekertinya dalam cara bergaul dan bermasyarakat dengan manusia.
B.
Rumusan Masalah
1.Apa
yang terkandung dalam Surat Al- Hajj ayat 41?
2.Apa
penjelasan dari Surat Ali Imron Ayat 138-139?
3.Apa
penjelasan beserta arti dari surat Al-Fath Ayat 29?
4.Apa
penjelasan dari Surat AZ – Zahriyat ayat 56 ?
C. Tujuan Masalah
1.Agar kita mengetahui apa yang terkandung dalam Surat Ali Imron
138-139
2.Agar kita mengetahui apa yang terkandung dalam Surat Al Khaj ayat
29
3.agar kita mengetahui apa yang terkandung dalam Surat Al Fath ayat
41
4.agar kita mengetahui apa yang terkandung dalam surat Az-Zahriyat
ayat 56
BAB II
PEMBAHASAN
A.SURAT AL HAJJ AYAT 41
الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي
الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ
وَأَمَرُوا
بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ ۗوَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُ
Artinya : “(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di
muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat
ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali
segala urusan.”
Penafsiran
Ayat diatas menyatakan bahwa mereka itu adalah orang-orang yang jika
Kami anugerahkan kepada kemenangan dan Kami teguhkan kedudukan mereka di
muka bumi, yakni Kami berikan mereka kekuasaan mengelola satu wilayah
dalam keadaan mereka merdeka dan berdaulat niscaya mereka yakni
masyarakat itu melaksanakan shalat secara sempurna rukun, syarat dan
sunnah-sunnahnya dan mereka juga menunaikan zakat sesuai kadar
waktu, sasaran dan cara penyaluran yang ditetapkan Allah, serta mereka menyuruh
anggota-anggota masyarakat agar berbuat yang ma’ruf, yakni nilai-nilai
luhur serta adat istiadat yang diakui baik dalam masyarakat itu, lagi tidak
bertentangan dengan nilai-nilai Ilahiah dan mereka mencegah dari
yang munkar; yakni yang dinilai buruk lagi diingkari oleh akal sehat
masyarakat, dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. Dialah yang
memenangkan siapa yang hendak dimenangkan-Nya dan Dia pula yang menjatuhkan
kekalahan bagi siapa yang dikehendaki-Nya, dan Dia juga yang menentukan masa
kemenangan dan kekalahan itu.
Ayat diatas mencerminkan sekelumit dari ciri-ciri masyarakat yang diidamkan
Islam, kapan dan dimanapun, dan yang telah terbukti dalam sejarah melalui
masyarakat Nabi Muhammad saw. dan para sahabat beliau.
Masyarakat itu adalah yang pemimpin-pemimin dan anggota-anggotanya secara
kolektif dinilai bertakwa, sehingga hubungan mereka dengan Allah swt. sangat
baik dan jauh dari kekejian dan kemunkaran, sebagaimana dicerminkan oleh sikap
mereka yang selalu melaksanakan shalat dan harmonis pula hubungan
anggota masyarakat, termasuk antar kaum berpunya dan kaum lemah yang
dicerminkan oleh ayat diatas dengan menunaikan zakat. Disamping itu
mereka juga menegakkan niali-niai yang dianut masyarakat, yaitu nilai-nilai ma’ruf
dan mencegah perbuatan yang munkar. Pelaksanaan kedua hal tersebut
menjadikan masyarakat melaksanakan kontrol sosial, sehingga mereka saling ingat
mengingatkan dalam hal kebajikan, dan saling mencegah terjadinya pelanggaran.
Dalam hal kependidikan kita tahu bahwa penanaman
nilai ketakwaan sangatlah penting untuk menumbuhkan moral bangsa yang baik.
Penanaman sikap ketakwaan dapat dilaksanakan apabila pendidikan itu dilandaskan
pada pembelajaran yang berpondasikan Islam.
Dari situlah kita sebagai calon tenaga pendidik
haruslah mengerti bagaimana menanamkan sikap ketakwaan sebagai cerminan dari
surat Al-Hajj ayat 41. Yaitu dengan cara mengajarkan sikap untuk selalu
mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan berlomba-lomba dalam kebaikan.
Tujuan pendidikan yang utama dalam Islam menurut
Al-Qur’an adalah agar terbentuk insan-insan yang sadar akan tugas utamanya di
dunia ini sesuai dengan asal mula penciptaannya. Sehingga dalam melaksanakan
proses pendidikan, baik dari sisi pendidik atau anak didik, harus didasari
sebagai pengabdian kepada Allah SWT semata.
Inilah saatnya kita kembali kepada rujukan yang
tidak ada cacatnya yaitu Al-Qur’an. Al-Quran ternyata lebih memiliki system
yang komprehensif dan integritas dibandingkan system pendidikan dunia barat.
Islam mempunyai tujuan utama yaitu “mendapatkan ridho Allah SWT”, diharapkan
dengan diterapkan tujuan ini di dalam pendidikan, manusia bisa menjadi
orang-orang yang bermoral, mempunyai kualitas, dan bermanfaat, tidak hanya buat
diri sendiri tetapi juga buat keluarga, masyarakat, Negara, bahkan buat ummat
manusia sedunia dengan landasan mendapatkan ridho Allah SWT.
Abdul Fatah Jalal menyatakan bahwa tujuan
pendidikan yang dapat dilihat dari ayat ini yaitu mengemukakan tentang tujuan
pendidikan yang membentuk masyarakat yang diidam-idamkan, yaitu mempunyai
pemimpin dan anggota-anggota yang bertakwa, melaksanakan shalat, menunaikan
zakat, menegakkan nilai-nilai ma’ruf (perkembangan positif) dalam masyarakat
dan mencegah perbuatan yang munkar.
Untuk itu hendaklah kita benahi pendidikan kita
yang telah terpedaya dengan system yang dibuat oleh dunia barat. Dari sekarang
hendaklah kita pada umumnya dan pendidik pada khususnya merubah tujuan
pendidikan kita, yaitu untuk “mendapatkan ridho Allah S.W.T. dan menjadi hamba
Allah yang patuh terhadap perintah-Nya”. apabila tujuan kita berlandaskan
dengan ini, maka dunia akan terjamin keselamatannya, dan manusia akan mempunyai
moral yang berakhlak mulia. Sehingga dapat kita capai tujuan akhir dari
pendidikan seperti yang dikatakan oleh Muhammad Athiyah al- Abrasyi, yaitu:
Terbinanya akhlak manusia. Manusia benar-benar siap untuk hidup didunia dan
diakhirat. Ilmu dapat benar-benar dikuasai dengan moral manusia yang mantap dan
manusia benar-benar terampil bekerja di dalam masyarakat.
B.
SURAT ALI IMRON AYAT 138-139
هَذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى
وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ (138) وَلَا
تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْن إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
(139)
Terjemah Surat Ali Imran Ayat 138-139
“(Al-Qur’an) ini adalah penjelasan bagi manusia, petunjuk dan pengajaran
bagi orang-orang yang bertakwa (138). Dan Janganlah kamu merasa lemah dan janganlah
pula kamu bersedih hati. Padahal kamu adalah orang yang paling tinggi
(derajatnya), jika kamu (benar-benar) beriman (139)
Tafsir Surat Ali Imran Ayat 138-139
(Al-Qur’an)
ini adalah penjelasan bagi manusia, petunjuk dan pengajaran bagi orang-orang
yang bertakwa (138)
Al-Qur’an ini adalah penerang bagi
manusia secara keseluruhan. Ini adalah kutipan peristiwa kemanusiaan telah jauh
berlalu, yang manusia sekarang tidak dapat mengetahuinya jika tidak akan penerangan (penjelasan) yang menunjukannya.
Akan tetapi, hanya segolongan manusia tertentu saja yang mendapatkan petunjuk
di dalamnya, mendapatkan pelajarn dari padanya, mendapatkan manfaat dan
menggapai petunjuknya. Mereka itu adalah golongan “muttaqin” yaitu
orang-orang yang bertaqwa.
Surat Ali Imran ayat 138 juga
memerintahkan untuk mempelajari sunnatullah atau yang biasa disebut oleh
seorang ilmuwan yang bernama Alexis Carrel sebagai hukum-kukum
kemasyarakatan/alam/materi. Hukum-hukum Alam yaitu hukum-hukum yang bersifat umum dan pasti, tidak ada satu
pun, di negeri manapun yang dapat terbebaskan dari sanksi bila melanggarnya.
Manusia yang tidak bisa membedakan antara yang halal dan haram, yang baik dan
buruk, mereka akan terbentur oleh malapetaka, bencana dan kematian. Ini semata-mata
adalah sanksi otomatis, karena kepunahan adalah akhir dari mereka yang
melanggar hukum-hukum alam. Tiadk heran hal ini diungkap Al-Qur’an, karena
Al-Qur’an mengatur kehidupan masyarakat dan berfungsi mengubah masyarakat dan
anggota-anggotanya dari kegelapan menuju cahaya, dari kehidupan negatif menjadi
positif.
Pernyataan Allah: (Al-Qur’an) Ini
adalah penjelasan bagi manusia juga
mengandung makna bahwa Allah tidak akan langsung menjatuhkan sanksi sebelum
manusia mengetahui sanksi itu. Karena terlebih dahulu Allah akan memberikan
petunjuk jalan dan peringatan (Hidayah-Nya)
Dan Janganlah kamu merasa lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati.
Padahal kamu adalah orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu
(benar-benar) beriman (139)
Uraian yang diantar oleh ayat sebelumnya yang menguraikan tentang adanya Sunnatullah
atau hukum alam yang berlaku kepada manusia. Kalau pada perang uhud Kaum
Muslimin tidak meraih kemenangan, bahkan menderita luka dan banyak yang mati
syahid, walaupun dalam perang Badar mereka meraih kemenangan dan berhasil
menawan dan membunuh sekian banyak lawan mereka, karena itu adalah bagian dari Sunnatullah.
Namun demikian, mereka tidak perlu berputus asa. Karena itu, Janganlah kamu
merasa lemah, menghadapi musuhmu dan musuh Allah, kuatkan jasmaninya dan
janganlah kamu bersedih hati akibat apa yang kamu alami perang Uhud, atau
peristiwa lain yang serupa, tapi kuatkan mentalmu untuk berusaha yang lebih
baik. Padahal kamu adalah orang yang paling tinggi (derajatnya) di sisi
Allah baik di dunia maupun akhirat, di dunia karena kamu memperjuangakan
kebenaran dan di akhirat karena kamu akan mendapatkan surga. Jadi mengapa kamu
bersedih hati sedangkan yang gugur diantara kamu akan menuju surga dan yang
luka akan mendapat luka akan mendapat ampunan dari Allah SWT. Ini jika kamu
(benar-benar) beriman, yakni jika keimanannya benar-benar mantap dalam
hatinya
Maka dari itu, kamu tidaklah perlu bersikap lemah dan bersedih hati atas
apa yang menimpamu dan luput darimu karena kamu adalah orang-orang yang paling
tinggi derajatnya. Aqidahmu lebih tinggi karena kamu hanya menyembah kepada
Allah saja. Sedangkan mereka menyembah kepada selain Allah. Maka jika kamu
benar-benar beriman maka kamu akan ditinggikan derajatnya dan tidak akan mersa
sedih karena semua itu adalah sunnatullah yang bisa ditimpakan pada siapa saja
yang Allah kehendaki. Akan tetapi, hanya kamulah yang akan mendapat akibat
(balasan kebaikan) setalah berijtihad dan berusaha keras dalam menempuh ujian
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:
الْمُؤْمِنُ
الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي
كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ
وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا
وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ
الشَّيْطَان
“Orang mu’min yang kuat (hatinya) lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah
daripada orang mu’min yang lemah dan didalam keduanya terdapat kebaikan (karena
sama-sama beriman), dan bersemangatlah atas apa-apa yang akan bermanfaat bagimu
dan mintalah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu berputus asa dan jika
kamu sedang mendapat cobaan maka
janganlah kamu mengatakan : “seandainya aku berbuat seperti ini dan seperti
itu” akan tetapi katakanlah “ini semua adalah kuasa Allah dan merupakan
kehendak-Nya” karena sesungguhnya mengandai-andai akan membuka (pintu) godaan
dari perbuatan syetan”
. Kandungan Hukum dan Aspek Tarbawi
(Al-Qur’an) ini adalah penjelasan bagi manusia, petunjuk dan pengajaran
bagi orang-orang yang bertakwa (138)
Mempelajari sejarah umat-umat terdahulu dan melihat berkasnya dengan
melawat mengembara dengan sendirinya akan memperoleh penjelasan, petunjuk dan
pengajaran. Ilmu kita akan bertambah-tambah tentang perjuangan hidup manusia
didalam alam ini. Dalam ayat ini kita berjumpa dengan anjuran mengetahui
mengetahui beberapa ilmu penting. Pertama, sejarah; kedua, ilmu bekas
peninggalan sejarah; ketiga ilmu siasat perang; keempat, ilmu siasat
mengendalikan Negara. Di dalam sejarah misalnya banyak kita temui hal-hal
penting. Meskipun tidak seluruhnya ditulis di Al-Qur’an hanya berkenaan dengan
perjuangan Rasul-rasul., misalnya perjuangan Nabi Musa AS menentang kezhaliman
raja Fir’aun, atau Nabi Ibrahim AS menghadapi kamunya dan Raja Namrud, namun
yang tidak tertuils dalm Al-Qur’an dapat kita cari dari bahan lain. Misalnya
penyerbuan tentara Iskandar Macedonia dari Barat ke Timur. Mengapa Iskandar
yang tentaranya tidak mencukupi 100.000 orang bisa mengalahkan tentara Darius,
Raja Persia, yang jumlahnya hampir setengah juta? sebab tentara Iskandar
ringan, sigap, lincah. Sedangkan tentara Darius telah berat oleh pakaian dan
perhiasan. Darius hanya menggantungkan kekuatan hanya kepada banyaknya jumlah
tentara, padahal Iskandar mempunyai disiplin yang teguh dan tentara yang
cekatan.
Al-Qur’an telah memberikan petunjuk kepada kita tentang masalah-masalah
strategi pertempuran menghadapi musuh, sampai bagaimana kita mempersiapkan
diri. Dalam hal ini, kita dianjurkan mengetahui hakikat persiapan supaya kita
melangkah dengan kewaspadaan dalam membela kebenaran
Dan Janganlah kamu merasa lemah dan bersedih hati. Padahal kamu adalah
orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu (benar-benar) beriman (139)
Sesungguhnya Allah melarang merasa susah terhadap apa yang telah lewat,
karena hal tersebut akan mengakibatkan seseorang kehilangan semangatnya.
Sebaliknya Allah tidak melarang hubungan seseorang dengan apa yang dicintainya,
yaitu harta, kekayaan, atau teman yang dapat memulihkan kekuatannya, serta
dapat mengisi hatinya dengan kegembiraan. Untuk itu kalian adalah orang-orang
yang lebih utama memiliki keteguhan tekad lantaran pengetahuan kalian tentang
balasan yang baik dan berpegang pada kebenaran.
Sekali waktu kemenangan berada pada pihak yang bathil,
begitu pula sebaliknya karena semua itu adalah Sunatullah. Sesungguhnya hari
kemenangan hanyalah bagi orang yang mengetahui dan mau memelihara sebab-sebab
keberhasilan dengan sebaik-baiknya seperti kesepatan, tidak pernah berselisih,
teguh, selalu berfikir, kuat tekadnya, dan mengambil persiapan serta menyusun
segala kekuatan yang ada untuk menghadapinya
C.
SURAT AL FATH :29
محَمَّدٌ
رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ
بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ
وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ
مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الإنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ
شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ
لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia
adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.
Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya,
tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud[1406].
Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil,
yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan
tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya;
tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak
menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin).
Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang
saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar”
Alloh mengabarkan tentang Nabi Muhammad saw,
bahwasanya beliau adalah utusanya yang hak tanpa ada keraguan.
Beliau adalah seorang yang sopan santun, pengasih, penyayang kepada
sesama, murah hati dan suka memberikan pertolongan kepada siapa saja yang
membutuhkan bantuan, akibat kemurahan hati beliau,
kerap kali beliau menanggung kesusahan orang yang sedang menderita susah dan
mengalahkan kepentingan diri sendiri asalkan kesusahan orang lain dalam
kebenaran.
D. SURAT ADZ DZARIYAT AYAT 56
وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku, (Qs. Ad-Dzariyat: 56)
. Tafsir surah Ad-Dzariyat ayat 56
Maksud ayat
tersebut adalah Allah menciptakan manusia dengan tujuan untuk menyuruh mereka
beribadah kepada-Nya, bukan karena Allah butuh kepada mereka. Ayat
tersebut dengan gamblang telah menjelaskan bahwa Allah Swt dengan menghidupkan
manusia di dunia ini agar mengabdi / beribadah kepada-Nya. Bukan sekedar untuk
hidup kemudian menghabiskan jatah umur lalu mati.
Shihab
(2003:356),
Ibadah terdiri dari ibadah murni
(mahdhah) dan ibadah tidak murni (ghairu mahdhah). Ibadah mahdhah adalah ibadah
yang telah ditentukan oleh Allah, bentuk, kadar, atau waktunya, seperti shalat,
zakat, puasa dan haji. Ibadah ghairu mahdhah adalah segala aktivitas lahir dan
batin manusia yang dimaksudkannya untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Berdasarkan
ayat tersebut, dengan mudah manusia bisa mendapat pencerahan bahwa eksistensi
manusia di dunia adalah untuk melaksanakan ibadah / menyembah kepada Allah Swt
dan tentu saja semua yang berlaku bagi manusia selama ini bukan sesuatu yang
tidak ada artinya. Sekecil apapun perbuatan itu. Kehadiran manusia ke bumi
melalui proses kelahiran, sedangkan kematian sebagai pertanda habisnya
kesempatan hidup di dunia dan selanjutnya kembali menghadap Allah untuk
mempertanggungjawabkan perbuatannya semasa hidup di dunia.
Syaikul
Islam, Ibnu Taimiyah (dalam Nur Hasanah, 2002), memandang bahwa makna ibadah
lebih dalam dan luas. Makna ibadah sampai pada unsur yang rumit sekalipun.
Unsur yang sangat penting di dalam mewujudkan ibadah ialah sebagaimana yang
telah diperintahkan oleh Allah SWT yaitu unsur cinta. Tanpa unsur cinta
tersebut, mustahil tujuan pokok diciptakan manusia, para rasul diutus,
diturunkan kitab-kitab, ialah hanya untuk berbadah kepada Allah SWT dapat
tercapai.
Ayat ini pula dengan sangat jelas mengabarkan kepada
kita bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia tidak lain hanyalah untuk
“mengabdi” kepada Allah SWT. Dalam gerak langkah dan hidup manusia haruslah
senantiasa diniatkan untuk mengabdi kepada Allah. Tujuan pendidikan yang utama dalam
Islam menurut Al-Qur’an adalah agar terbentuk insan-insan yang sadar akan tugas
utamanya di dunia ini sesuai dengan asal mula penciptaannya, yaitu sebagai
abid. Sehingga dalam melaksanakan proses pendidikan, baik dari sisi pendidik
atau anak didik, harus didasarisebagai pengabdian kepada Allah SWT semata.
Mengabdi dalam terminologi Islam sering diartikan dengan beribadah. Ibadah bukan sekedar ketaatan dan ketundukan, tetapi ia adalah satu bentuk ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncaknya akibat adanya rasa keagungan dalam jiwa seseorang terhadap siapa yang kepadanya ia mengabdi. Ibadah juga merupakan dampak keyakinan bahwa pengabdian itu tertuju kepada yang memiliki kekuasaan yang tidak terjangkau dan tidak terbatas. Ibadah dalam pandangan ilmu Fiqh ada dua yaitu ibadah mahdloh dan ibadah ghoiru mahdloh. Ibadah mahdloh adalah ibadah yang telah ditentukan oleh Allah bentuk, kadar atau waktunya seperti halnya sholat, zakat, puasa dan haji. Sedangkan ibadah ghoiru mahdloh adalah sebaliknya, kurang lebihnya yaitu segala bentuk aktivitas manusia yang diniatkan untuk memperoleh ridho dari Allah SWT.
Segala aktivitas pendidikan, belajar-mengajar dan sebagainya adalah termasuk dalam kategori ibadah. Hal ini sesuai dengansabda Nabi SAW :
((رواه ابن عبد البر طلب العلم فريضة على كل مسلم و مسلمة
“Menuntut ilmu adalah fardlu bagi tiap-tiap orang-orang Islam laki-laki dan perempuan” (H.R Ibn Abdulbari)
من خرج فى طلب العلم فهو فى سبيل الله حتى يرجع (رواه الترمذى)
“Barangsiapa yang pergi untuk menuntut ilmu, maka dia telah termasuk golongan sabilillah (orang yang menegakkan agama Allah) hingga ia sampai pulang kembali”. (H.R. Turmudzi).
Pendidikan sebagai upaya perbaikan yang meliputi keseluruhan hidup individu termasuk akal, hati dan rohani, jasmani, akhlak, dan tingkah laku. Melalui pendidikan, setiap potensi yang di anugerahkan oleh Allah SWT dapat dioptimalkan dan dimanfaatkan untuk menjalankan fungsi sebagai khalifah di muka bumi. Sehingga pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting tidak hanya dalam hal pengembangan kecerdasannya, namun juga untuk membawa peserta didik pada tingkat manusiawi dan peradaban, terutama pada zaman modern dengan berbagai kompleksitas yang ada.
Dalam penciptaaannya, manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan dengan dua fungsi, yaitu fungsi sebagai khalifah di muka bumi dan fungsi manusia sebagai makhluk Allah yang memiliki kewajiban untuk menyembah-Nya. Kedua fungsi tersebut juga dijelaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya berikut,
Mengabdi dalam terminologi Islam sering diartikan dengan beribadah. Ibadah bukan sekedar ketaatan dan ketundukan, tetapi ia adalah satu bentuk ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncaknya akibat adanya rasa keagungan dalam jiwa seseorang terhadap siapa yang kepadanya ia mengabdi. Ibadah juga merupakan dampak keyakinan bahwa pengabdian itu tertuju kepada yang memiliki kekuasaan yang tidak terjangkau dan tidak terbatas. Ibadah dalam pandangan ilmu Fiqh ada dua yaitu ibadah mahdloh dan ibadah ghoiru mahdloh. Ibadah mahdloh adalah ibadah yang telah ditentukan oleh Allah bentuk, kadar atau waktunya seperti halnya sholat, zakat, puasa dan haji. Sedangkan ibadah ghoiru mahdloh adalah sebaliknya, kurang lebihnya yaitu segala bentuk aktivitas manusia yang diniatkan untuk memperoleh ridho dari Allah SWT.
Segala aktivitas pendidikan, belajar-mengajar dan sebagainya adalah termasuk dalam kategori ibadah. Hal ini sesuai dengansabda Nabi SAW :
((رواه ابن عبد البر طلب العلم فريضة على كل مسلم و مسلمة
“Menuntut ilmu adalah fardlu bagi tiap-tiap orang-orang Islam laki-laki dan perempuan” (H.R Ibn Abdulbari)
من خرج فى طلب العلم فهو فى سبيل الله حتى يرجع (رواه الترمذى)
“Barangsiapa yang pergi untuk menuntut ilmu, maka dia telah termasuk golongan sabilillah (orang yang menegakkan agama Allah) hingga ia sampai pulang kembali”. (H.R. Turmudzi).
Pendidikan sebagai upaya perbaikan yang meliputi keseluruhan hidup individu termasuk akal, hati dan rohani, jasmani, akhlak, dan tingkah laku. Melalui pendidikan, setiap potensi yang di anugerahkan oleh Allah SWT dapat dioptimalkan dan dimanfaatkan untuk menjalankan fungsi sebagai khalifah di muka bumi. Sehingga pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting tidak hanya dalam hal pengembangan kecerdasannya, namun juga untuk membawa peserta didik pada tingkat manusiawi dan peradaban, terutama pada zaman modern dengan berbagai kompleksitas yang ada.
Dalam penciptaaannya, manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan dengan dua fungsi, yaitu fungsi sebagai khalifah di muka bumi dan fungsi manusia sebagai makhluk Allah yang memiliki kewajiban untuk menyembah-Nya. Kedua fungsi tersebut juga dijelaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya berikut,
إِنِّي
جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً " “
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi” [Q.S Al-Baqarah(2): 30].
Ketika Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi dan dengannya
Allah SWT mengamanahkan bumi beserta isi kehidupannya kepada manusia, maka
manusia merupakan wakil yang memiliki tugas sebagai pemimpin dibumi Allah.
Ghozali melukiskan tujuan pendidikan sesuai dengan pandangan hidupnya dan
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, yaitu sesuai dengan filsafatnya, yakni
memberi petunjuk akhlak dan pembersihan jiwa dengan maksud di balik itu
membentuk individu-individu yang tertandai dengan sifat-sifat utama dan takwa.
Dalam khazanah pemikiran pendidikan Islam, pada umumnya para ulama berpendapat
bahwa tujuan akhir pendidikan Islam adalah ”untuk beribadah kepada Allah SWT”.
Kalau dalam sistem pendidikan nasional, pendidikan diarahkan untuk mengembangkan
manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa, maka dalam konteks
pendidikan Islam justru harus lebih dari itu, dalam arti, pendidikan Islam
bukan sekedar diarahkan untuk mengembangkan manusia yang beriman dan bertaqwa,
tetapi justru berusaha mengembangkan manusia menjadi imam/pemimpin bagi orang
beriman dan bertaqwa .
Untuk memahami profil imam/pemimpin bagi orang yang bertaqwa, maka kita perlu mengkaji makna takwa itu sendiri. Inti dari makna takwa ada dua macam yaitu; itba’ syariatillah (mengikuti ajaran Allah yang tertuang dalam al-Qur’an dan Hadits) dan sekaligus itiba’ sunnatullah (mengikuti aturan-aturan Allah, yang berlalu di alam ini), Orang yang itiba’ sunnatullah adalah orang-orang yang memiliki keluasan ilmu dan kematangan profesionalisme sesuai dengan bidang keahliannya. Imam bagi orang-orang yang bertaqwa,
Untuk memahami profil imam/pemimpin bagi orang yang bertaqwa, maka kita perlu mengkaji makna takwa itu sendiri. Inti dari makna takwa ada dua macam yaitu; itba’ syariatillah (mengikuti ajaran Allah yang tertuang dalam al-Qur’an dan Hadits) dan sekaligus itiba’ sunnatullah (mengikuti aturan-aturan Allah, yang berlalu di alam ini), Orang yang itiba’ sunnatullah adalah orang-orang yang memiliki keluasan ilmu dan kematangan profesionalisme sesuai dengan bidang keahliannya. Imam bagi orang-orang yang bertaqwa,
artinya disamping dia sebagai orang yang memiki profil sebagai itba’
syaria’tillah sekaligus itba’ sunnatillah, juga mampu menjadi pemimpin,
penggerak, pendorong, inovator dan teladan bagi orang-orang yang bertaqwa.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian dan penjelasan di atas, pemakalah
menyimpulkan :
1. Tujuan utama dalam pendidikan Islam adalah membentuk pribadi muslim yang sadar akan tujuan asal mula penciptaannya, yaitu sebagai abid (hamba). Sehingga dalam melaksanakan proses pendidikan, baik dari sisi pendidik atau anak didik, harus didasari sebagai pengabdian kepada Allah SWT dan semata bertujuan memperoleh ridho Allah SWT.
2. Pendidikan Islam mempunyai misi membentuk kader-kader khalifah fil ardl yang mempunyai sifat-sifat terpuji. Diharapkan akan terbentuk muslim yang mampu mengemban tugas sebagai pembawa kemakmuran di bumi dan“Rahmatan Lil Alamin“.
3. Secara umum tujuan pendidikan Islam adalah membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohani serta moral yang tinggi, untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akherat, baik sebagai makhluk individu maupun sebagai anggota masyarakat. Wallahu ‘alam bisshowab
1. Tujuan utama dalam pendidikan Islam adalah membentuk pribadi muslim yang sadar akan tujuan asal mula penciptaannya, yaitu sebagai abid (hamba). Sehingga dalam melaksanakan proses pendidikan, baik dari sisi pendidik atau anak didik, harus didasari sebagai pengabdian kepada Allah SWT dan semata bertujuan memperoleh ridho Allah SWT.
2. Pendidikan Islam mempunyai misi membentuk kader-kader khalifah fil ardl yang mempunyai sifat-sifat terpuji. Diharapkan akan terbentuk muslim yang mampu mengemban tugas sebagai pembawa kemakmuran di bumi dan“Rahmatan Lil Alamin“.
3. Secara umum tujuan pendidikan Islam adalah membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohani serta moral yang tinggi, untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akherat, baik sebagai makhluk individu maupun sebagai anggota masyarakat. Wallahu ‘alam bisshowab
DAFTAR PUSTAKA
Drs. H. Moh. Rifa’i, 1978, Ilmu Fiqh Islam Lengkap, Semarang : PT.
Karya Toha Putra
M. Quraisy Shihab, 2002, Tafsir al-Mishbah, Jakarta : Lentera Hati Tafsir Al-Maragi, Ahmad Mustafa Al Maragi, 1993, semarang: CV Toha putra, halm 152-154.
http://kahmiuin.blogspot.com/2007/08/konsep-pendidikan-dalam-al-quran-dan.html
http://g3scotmv01rahmad.blogspot.com/2011/06/surat-az-zariyat-ayat-56.html.
http://www.al-shia.org/html/id/books/anbia/01.htm.
M. Quraisy Shihab, 2002, Tafsir al-Mishbah, Jakarta : Lentera Hati Tafsir Al-Maragi, Ahmad Mustafa Al Maragi, 1993, semarang: CV Toha putra, halm 152-154.
http://kahmiuin.blogspot.com/2007/08/konsep-pendidikan-dalam-al-quran-dan.html
http://g3scotmv01rahmad.blogspot.com/2011/06/surat-az-zariyat-ayat-56.html.
http://www.al-shia.org/html/id/books/anbia/01.htm.
Lucky Club Casino Site - Lucky Club
BalasHapusLucky Club offers all the best in online gambling providing the best in online gaming. With the fastest live chat rooms in Malta, 🎲 Games: 500+📺 Deposit Bonus: 100% up to C$1600💳 Mobile: Android,iPhone,iPad💳 Bonus Code: None luckyclub Needed