Rabu, 02 Maret 2016

Makalah Tujuan Pendidikan - Tafsir Tarbaw



 MAKALAH
TUJUAN PENDIDIKAN
Dosen Pembimbing:
Bapak Mahbub Junaidi . M.Th.I

 
Di Susun Oleh:
1.Lilis Ekawati
2.Khoirul Amin

UNIVERSITAS ISLAM DARUL ULUMLAMONGAN
FAKULTAS AGAMA ISLAM
TAHUN AKADEMIK
2016




KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kami rahmat serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikam makalah yang berjudul “TUJUAN PENDIDIKAN” ini dengan sesuai rencana. Makalah ini bertujuan untuk melatih ketajaman berfikir dan kekompakan dalam kelompok untuk menyatukan beberapa pemikiran yang berbeda menjadi makalah yang baik.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak H.M. Afif Hasbullah , S.H, S.Ag, M.Hum, selaku rector universitas islam darul ulum lamongan dan Bapak Mahbub Junadi .M.Th.I. selaku pembimbing yang telah banyak memberikan kami pengarahan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan benar.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangatlah diharapkan, atas kritik dan sarannya kami mengucapkan terima kasih.

Lamongan 26 februari,2016
Tim penyusun

DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................................................     
KATA PENGANTAR..........................................................................................     
DAFTAR ISI.........................................................................................................    
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................    
 A.Latar belakang.......................................................................................    
 B.Rumusan masalah..................................................................................     
 C.Tujuan masalah......................................................................................     
BAB II PEMBAHASAN
 A.Tafsir Surat Ali Imron Ayat138-139........................................................ 
 B Tafsir Surat Al-Fath Ayat 29......................................................................   
C.Tafsir Surat Al-Khaj Ayat 41.......................................................................
D.Tafsir Surat Az- Zariyat  56.......................................................................

BAB III PENUTUP..............................................................................................                 A.Kesimpulan.................................................................................... ……   
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................  




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Seperti kita ketahui sendiri, Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dengan perantara Malaikat Jibril AS secara berangsur-angsur, berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelas atas petunjuk tersebut serta sebagai pembeda antara yang haq dan bathil agar bisa membebaskan manusia dari kesesatan menuju jalan yang lurus. Atas dasar tersebut, maka kami mencoba membahas Tafsir Surat Ali Imran ayat 138-139 yang menjelaskan tentang salah satu fungsi Al-Qur’an dari sekian banyak fungsi lainnya yaitu sebagai petunjuk dan pembimbing menuju jalan yang benar agar kita menjadi orang-orang yang bertaqwa.
Dan juga Tafsir surat Al Fath ayat 29 yang menjelaskan tentang pribadi Rasulullah Saw dan para sahabat beliau. Beliau adalah seorang manusia biasa, hanya saja beliau di beri wahyu oleh Allah Swt dan menjadi utusan-Nya. Beliau adalah Nabi penutup dan sekaligus Rasul yang terakhir. Beliau diangkat menjadi utusan Allah itu tidak untuk dipuji oleh sekalian umatnya, tidak untuk disanjung dan dijunjung tinggi sampai setinggi langit, serta tidak untuk di dewa-dewakan, atau senantiasa diperingati hari lahirnya oleh segenap pengikutnya, tetapi untuk diikuti kepeminpinannya dalam urusan beriman kepada Allah, untuk dituruti tuntunannya dalam hal cara beribadah kepada-Nya, serta untuk dicontoh akhlak dan budi pekertinya dalam cara bergaul dan bermasyarakat dengan manusia.
B.     Rumusan Masalah
1.Apa yang terkandung dalam Surat Al- Hajj ayat 41?
2.Apa penjelasan dari Surat Ali Imron Ayat 138-139?
3.Apa penjelasan beserta arti dari surat Al-Fath Ayat 29?
4.Apa penjelasan dari Surat AZ – Zahriyat ayat 56 ?

C.    Tujuan Masalah

1.Agar kita mengetahui apa yang terkandung dalam Surat Ali Imron 138-139
2.Agar kita mengetahui apa yang terkandung dalam Surat Al Khaj ayat 29
3.agar kita mengetahui apa yang terkandung dalam Surat Al Fath ayat 41
4.agar kita mengetahui apa yang terkandung dalam surat Az-Zahriyat ayat 56



BAB II
PEMBAHASAN
A.SURAT AL HAJJ AYAT 41
الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ
                                 وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ ۗوَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُ

Artinya : “(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.”
Penafsiran
Ayat diatas menyatakan bahwa mereka itu adalah orang-orang yang jika Kami anugerahkan kepada kemenangan dan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yakni Kami berikan mereka kekuasaan mengelola satu wilayah dalam keadaan mereka merdeka dan berdaulat niscaya mereka yakni masyarakat itu melaksanakan shalat secara sempurna rukun, syarat dan sunnah-sunnahnya dan mereka juga menunaikan zakat sesuai kadar waktu, sasaran dan cara penyaluran yang ditetapkan Allah, serta mereka menyuruh anggota-anggota masyarakat agar berbuat yang ma’ruf, yakni nilai-nilai luhur serta adat istiadat yang diakui baik dalam masyarakat itu, lagi tidak bertentangan dengan nilai-nilai Ilahiah dan mereka mencegah dari yang munkar; yakni yang dinilai buruk lagi diingkari oleh akal sehat masyarakat, dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. Dialah yang memenangkan siapa yang hendak dimenangkan-Nya dan Dia pula yang menjatuhkan kekalahan bagi siapa yang dikehendaki-Nya, dan Dia juga yang menentukan masa kemenangan dan kekalahan itu.
Ayat diatas mencerminkan sekelumit dari ciri-ciri masyarakat yang diidamkan Islam, kapan dan dimanapun, dan yang telah terbukti dalam sejarah melalui masyarakat Nabi Muhammad saw. dan para sahabat beliau.
Masyarakat itu adalah yang pemimpin-pemimin dan anggota-anggotanya secara kolektif dinilai bertakwa, sehingga hubungan mereka dengan Allah swt. sangat baik dan jauh dari kekejian dan kemunkaran, sebagaimana dicerminkan oleh sikap mereka yang selalu melaksanakan shalat dan harmonis pula hubungan anggota masyarakat, termasuk antar kaum berpunya dan kaum lemah yang dicerminkan oleh ayat diatas dengan menunaikan zakat. Disamping itu mereka juga menegakkan niali-niai yang dianut masyarakat, yaitu nilai-nilai ma’ruf dan mencegah perbuatan yang munkar. Pelaksanaan kedua hal tersebut menjadikan masyarakat melaksanakan kontrol sosial, sehingga mereka saling ingat mengingatkan dalam hal kebajikan, dan saling mencegah terjadinya pelanggaran.
Dalam hal kependidikan kita tahu bahwa penanaman nilai ketakwaan sangatlah penting untuk menumbuhkan moral bangsa yang baik. Penanaman sikap ketakwaan dapat dilaksanakan apabila pendidikan itu dilandaskan pada pembelajaran yang berpondasikan Islam.
Dari situlah kita sebagai calon tenaga pendidik haruslah mengerti bagaimana menanamkan sikap ketakwaan sebagai cerminan dari surat Al-Hajj ayat 41. Yaitu dengan cara mengajarkan sikap untuk selalu mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan berlomba-lomba dalam kebaikan.
Tujuan pendidikan yang utama dalam Islam menurut Al-Qur’an adalah agar terbentuk insan-insan yang sadar akan tugas utamanya di dunia ini sesuai dengan asal mula penciptaannya. Sehingga dalam melaksanakan proses pendidikan, baik dari sisi pendidik atau anak didik, harus didasari sebagai pengabdian kepada Allah SWT semata.
Inilah saatnya kita kembali kepada rujukan yang tidak ada cacatnya yaitu Al-Qur’an. Al-Quran ternyata lebih memiliki system yang komprehensif dan integritas dibandingkan system pendidikan dunia barat. Islam mempunyai tujuan utama yaitu “mendapatkan ridho Allah SWT”, diharapkan dengan diterapkan tujuan ini di dalam pendidikan, manusia bisa menjadi orang-orang yang bermoral, mempunyai kualitas, dan bermanfaat, tidak hanya buat diri sendiri tetapi juga buat keluarga, masyarakat, Negara, bahkan buat ummat manusia sedunia dengan landasan mendapatkan ridho Allah SWT.
Abdul Fatah Jalal menyatakan bahwa tujuan pendidikan yang dapat dilihat dari ayat ini yaitu mengemukakan tentang tujuan pendidikan yang membentuk masyarakat yang diidam-idamkan, yaitu mempunyai pemimpin dan anggota-anggota yang bertakwa, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, menegakkan nilai-nilai ma’ruf (perkembangan positif) dalam masyarakat dan mencegah perbuatan yang munkar.
Untuk itu hendaklah kita benahi pendidikan kita yang telah terpedaya dengan system yang dibuat oleh dunia barat. Dari sekarang hendaklah kita pada umumnya dan pendidik pada khususnya merubah tujuan pendidikan kita, yaitu untuk “mendapatkan ridho Allah S.W.T. dan menjadi hamba Allah yang patuh terhadap perintah-Nya”. apabila tujuan kita berlandaskan dengan ini, maka dunia akan terjamin keselamatannya, dan manusia akan mempunyai moral yang berakhlak mulia. Sehingga dapat kita capai tujuan akhir dari pendidikan seperti yang dikatakan oleh Muhammad Athiyah al- Abrasyi, yaitu: Terbinanya akhlak manusia. Manusia benar-benar siap untuk hidup didunia dan diakhirat. Ilmu dapat benar-benar dikuasai dengan moral manusia yang mantap dan manusia benar-benar terampil bekerja di dalam masyarakat.
B.  SURAT ALI IMRON AYAT 138-139
هَذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ (138)                                                                      وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْن إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (139)

      Terjemah Surat Ali Imran Ayat 138-139
(Al-Qur’an) ini adalah penjelasan bagi manusia, petunjuk dan pengajaran bagi orang-orang yang bertakwa (138). Dan Janganlah kamu merasa lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati. Padahal kamu adalah orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu (benar-benar) beriman (139)

           Tafsir Surat Ali Imran Ayat 138-139
(Al-Qur’an) ini adalah penjelasan bagi manusia, petunjuk dan pengajaran bagi orang-orang yang bertakwa (138)
           Al-Qur’an ini adalah penerang bagi manusia secara keseluruhan. Ini adalah kutipan peristiwa kemanusiaan telah jauh berlalu, yang manusia sekarang tidak dapat mengetahuinya jika  tidak akan penerangan (penjelasan) yang menunjukannya. Akan tetapi, hanya segolongan manusia tertentu saja yang mendapatkan petunjuk di dalamnya, mendapatkan pelajarn dari padanya, mendapatkan manfaat dan menggapai petunjuknya. Mereka itu adalah golongan “muttaqin” yaitu orang-orang yang bertaqwa.
           Surat Ali Imran ayat 138 juga memerintahkan untuk mempelajari sunnatullah atau yang biasa disebut oleh seorang ilmuwan yang bernama Alexis Carrel sebagai hukum-kukum kemasyarakatan/alam/materi. Hukum-hukum Alam yaitu hukum-hukum  yang bersifat umum dan pasti, tidak ada satu pun, di negeri manapun yang dapat terbebaskan dari sanksi bila melanggarnya. Manusia yang tidak bisa membedakan antara yang halal dan haram, yang baik dan buruk, mereka akan terbentur oleh malapetaka, bencana dan kematian. Ini semata-mata adalah sanksi otomatis, karena kepunahan adalah akhir dari mereka yang melanggar hukum-hukum alam. Tiadk heran hal ini diungkap Al-Qur’an, karena Al-Qur’an mengatur kehidupan masyarakat dan berfungsi mengubah masyarakat dan anggota-anggotanya dari kegelapan menuju cahaya, dari kehidupan negatif menjadi positif.
           Pernyataan Allah: (Al-Qur’an) Ini adalah penjelasan bagi manusia  juga mengandung makna bahwa Allah tidak akan langsung menjatuhkan sanksi sebelum manusia mengetahui sanksi itu. Karena terlebih dahulu Allah akan memberikan petunjuk jalan dan peringatan (Hidayah-Nya)
Dan Janganlah kamu merasa lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati. Padahal kamu adalah orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu (benar-benar) beriman (139)
Uraian yang diantar oleh ayat sebelumnya yang menguraikan tentang adanya Sunnatullah atau hukum alam yang berlaku kepada manusia. Kalau pada perang uhud Kaum Muslimin tidak meraih kemenangan, bahkan menderita luka dan banyak yang mati syahid, walaupun dalam perang Badar mereka meraih kemenangan dan berhasil menawan dan membunuh sekian banyak lawan mereka, karena itu adalah bagian dari Sunnatullah. Namun demikian, mereka tidak perlu berputus asa. Karena itu, Janganlah kamu merasa lemah, menghadapi musuhmu dan musuh Allah, kuatkan jasmaninya dan janganlah kamu bersedih hati akibat apa yang kamu alami perang Uhud, atau peristiwa lain yang serupa, tapi kuatkan mentalmu untuk berusaha yang lebih baik. Padahal kamu adalah orang yang paling tinggi (derajatnya) di sisi Allah baik di dunia maupun akhirat, di dunia karena kamu memperjuangakan kebenaran dan di akhirat karena kamu akan mendapatkan surga. Jadi mengapa kamu bersedih hati sedangkan yang gugur diantara kamu akan menuju surga dan yang luka akan mendapat luka akan mendapat ampunan dari Allah SWT. Ini jika kamu (benar-benar) beriman, yakni jika keimanannya benar-benar mantap dalam hatinya
Maka dari itu, kamu tidaklah perlu bersikap lemah dan bersedih hati atas apa yang menimpamu dan luput darimu karena kamu adalah orang-orang yang paling tinggi derajatnya. Aqidahmu lebih tinggi karena kamu hanya menyembah kepada Allah saja. Sedangkan mereka menyembah kepada selain Allah. Maka jika kamu benar-benar beriman maka kamu akan ditinggikan derajatnya dan tidak akan mersa sedih karena semua itu adalah sunnatullah yang bisa ditimpakan pada siapa saja yang Allah kehendaki. Akan tetapi, hanya kamulah yang akan mendapat akibat (balasan kebaikan) setalah berijtihad dan berusaha keras dalam menempuh ujian
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:           
 الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَان  
“Orang mu’min yang kuat (hatinya) lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mu’min yang lemah dan didalam keduanya terdapat kebaikan (karena sama-sama beriman), dan bersemangatlah atas apa-apa yang akan bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu berputus asa dan jika kamu sedang mendapat  cobaan maka janganlah kamu mengatakan : “seandainya aku berbuat seperti ini dan seperti itu” akan tetapi katakanlah “ini semua adalah kuasa Allah dan merupakan kehendak-Nya” karena sesungguhnya mengandai-andai akan membuka (pintu) godaan dari perbuatan syetan”
.         Kandungan Hukum dan Aspek Tarbawi
(Al-Qur’an) ini adalah penjelasan bagi manusia, petunjuk dan pengajaran bagi orang-orang yang bertakwa (138)
Mempelajari sejarah umat-umat terdahulu dan melihat berkasnya dengan melawat mengembara dengan sendirinya akan memperoleh penjelasan, petunjuk dan pengajaran. Ilmu kita akan bertambah-tambah tentang perjuangan hidup manusia didalam alam ini. Dalam ayat ini kita berjumpa dengan anjuran mengetahui mengetahui beberapa ilmu penting. Pertama, sejarah; kedua, ilmu bekas peninggalan sejarah; ketiga ilmu siasat perang; keempat, ilmu siasat mengendalikan Negara. Di dalam sejarah misalnya banyak kita temui hal-hal penting. Meskipun tidak seluruhnya ditulis di Al-Qur’an hanya berkenaan dengan perjuangan Rasul-rasul., misalnya perjuangan Nabi Musa AS menentang kezhaliman raja Fir’aun, atau Nabi Ibrahim AS menghadapi kamunya dan Raja Namrud, namun yang tidak tertuils dalm Al-Qur’an dapat kita cari dari bahan lain. Misalnya penyerbuan tentara Iskandar Macedonia dari Barat ke Timur. Mengapa Iskandar yang tentaranya tidak mencukupi 100.000 orang bisa mengalahkan tentara Darius, Raja Persia, yang jumlahnya hampir setengah juta? sebab tentara Iskandar ringan, sigap, lincah. Sedangkan tentara Darius telah berat oleh pakaian dan perhiasan. Darius hanya menggantungkan kekuatan hanya kepada banyaknya jumlah tentara, padahal Iskandar mempunyai disiplin yang teguh dan tentara yang cekatan.
Al-Qur’an telah memberikan petunjuk kepada kita tentang masalah-masalah strategi pertempuran menghadapi musuh, sampai bagaimana kita mempersiapkan diri. Dalam hal ini, kita dianjurkan mengetahui hakikat persiapan supaya kita melangkah dengan kewaspadaan dalam membela kebenaran
Dan Janganlah kamu merasa lemah dan bersedih hati. Padahal kamu adalah orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu (benar-benar) beriman (139)
Sesungguhnya Allah melarang merasa susah terhadap apa yang telah lewat, karena hal tersebut akan mengakibatkan seseorang kehilangan semangatnya. Sebaliknya Allah tidak melarang hubungan seseorang dengan apa yang dicintainya, yaitu harta, kekayaan, atau teman yang dapat memulihkan kekuatannya, serta dapat mengisi hatinya dengan kegembiraan. Untuk itu kalian adalah orang-orang yang lebih utama memiliki keteguhan tekad lantaran pengetahuan kalian tentang balasan yang baik dan berpegang pada kebenaran.
Sekali waktu kemenangan berada pada pihak yang bathil, begitu pula sebaliknya karena semua itu adalah Sunatullah. Sesungguhnya hari kemenangan hanyalah bagi orang yang mengetahui dan mau memelihara sebab-sebab keberhasilan dengan sebaik-baiknya seperti kesepatan, tidak pernah berselisih, teguh, selalu berfikir, kuat tekadnya, dan mengambil persiapan serta menyusun segala kekuatan yang ada untuk menghadapinya           
C.    SURAT AL FATH :29
محَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الإنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud[1406]. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar”
Alloh mengabarkan tentang Nabi Muhammad saw, bahwasanya beliau adalah utusanya yang hak tanpa ada keraguan.
Beliau adalah seorang yang sopan santun, pengasih, penyayang kepada sesama, murah hati dan suka memberikan pertolongan kepada siapa saja yang membutuhkan bantuan, akibat kemurahan hati beliau, kerap kali beliau menanggung kesusahan orang yang sedang menderita susah dan mengalahkan kepentingan diri sendiri asalkan kesusahan orang lain dalam kebenaran.
D.   SURAT ADZ DZARIYAT AYAT 56

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku, (Qs. Ad-Dzariyat: 56)
      .       Tafsir surah Ad-Dzariyat ayat 56
Maksud ayat tersebut adalah Allah menciptakan manusia dengan tujuan untuk menyuruh mereka beribadah kepada-Nya, bukan karena Allah butuh kepada mereka. Ayat tersebut dengan gamblang telah menjelaskan bahwa Allah Swt dengan menghidupkan manusia di dunia ini agar mengabdi / beribadah kepada-Nya. Bukan sekedar untuk hidup kemudian menghabiskan jatah umur lalu mati.
Shihab (2003:356),
Ibadah terdiri dari ibadah murni (mahdhah) dan ibadah tidak murni (ghairu mahdhah). Ibadah mahdhah adalah ibadah yang telah ditentukan oleh Allah, bentuk, kadar, atau waktunya, seperti shalat, zakat, puasa dan haji. Ibadah ghairu mahdhah adalah segala aktivitas lahir dan batin manusia yang dimaksudkannya untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Berdasarkan ayat tersebut, dengan mudah manusia bisa mendapat pencerahan bahwa eksistensi manusia di dunia adalah untuk melaksanakan ibadah / menyembah kepada Allah Swt dan tentu saja semua yang berlaku bagi manusia selama ini bukan sesuatu yang tidak ada artinya. Sekecil apapun perbuatan itu. Kehadiran manusia ke bumi melalui proses kelahiran, sedangkan kematian sebagai pertanda habisnya kesempatan hidup di dunia dan selanjutnya kembali menghadap Allah untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya semasa hidup di dunia.
Syaikul Islam, Ibnu Taimiyah (dalam Nur Hasanah, 2002), memandang bahwa makna ibadah lebih dalam dan luas. Makna ibadah sampai pada unsur yang rumit sekalipun. Unsur yang sangat penting di dalam mewujudkan ibadah ialah sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Allah SWT yaitu unsur cinta. Tanpa unsur cinta tersebut, mustahil tujuan pokok diciptakan manusia, para rasul diutus, diturunkan kitab-kitab, ialah hanya untuk berbadah kepada Allah SWT dapat tercapai.
                  Ayat ini pula dengan sangat jelas mengabarkan kepada kita bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia tidak lain hanyalah untuk “mengabdi” kepada Allah SWT. Dalam gerak langkah dan hidup manusia haruslah senantiasa diniatkan untuk mengabdi kepada Allah.             Tujuan pendidikan yang utama dalam Islam menurut Al-Qur’an adalah agar terbentuk insan-insan yang sadar akan tugas utamanya di dunia ini sesuai dengan asal mula penciptaannya, yaitu sebagai abid. Sehingga dalam melaksanakan proses pendidikan, baik dari sisi pendidik atau anak didik, harus didasarisebagai pengabdian kepada Allah SWT semata.
Mengabdi dalam terminologi Islam sering diartikan dengan beribadah. Ibadah bukan sekedar ketaatan dan ketundukan, tetapi ia adalah satu bentuk ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncaknya akibat adanya rasa keagungan dalam jiwa seseorang terhadap siapa yang kepadanya ia mengabdi. Ibadah juga merupakan dampak keyakinan bahwa pengabdian itu tertuju kepada yang memiliki kekuasaan yang tidak terjangkau dan tidak terbatas. Ibadah dalam pandangan ilmu Fiqh ada dua yaitu ibadah mahdloh dan ibadah ghoiru mahdloh. Ibadah mahdloh adalah ibadah yang telah ditentukan oleh Allah bentuk, kadar atau waktunya seperti halnya sholat, zakat, puasa dan haji. Sedangkan ibadah ghoiru mahdloh adalah sebaliknya, kurang lebihnya yaitu segala bentuk aktivitas manusia yang diniatkan untuk memperoleh ridho dari Allah SWT.
Segala aktivitas pendidikan, belajar-mengajar dan sebagainya adalah termasuk dalam kategori ibadah. Hal ini sesuai dengansabda Nabi SAW :

((رواه ابن عبد البر  طلب العلم فريضة على كل مسلم و مسلمة
“Menuntut ilmu adalah fardlu bagi tiap-tiap orang-orang Islam laki-laki dan perempuan” (H.R Ibn Abdulbari)
من خرج فى طلب العلم فهو فى سبيل الله حتى يرجع (رواه الترمذى)
“Barangsiapa yang pergi untuk menuntut ilmu, maka dia telah termasuk golongan sabilillah (orang yang menegakkan agama Allah) hingga ia sampai pulang kembali”. (H.R. Turmudzi).
          Pendidikan sebagai upaya perbaikan yang meliputi keseluruhan hidup individu termasuk akal, hati dan rohani, jasmani, akhlak, dan tingkah laku. Melalui pendidikan, setiap potensi yang di anugerahkan oleh Allah SWT dapat dioptimalkan dan dimanfaatkan untuk menjalankan fungsi sebagai khalifah di muka bumi. Sehingga pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting tidak hanya dalam hal pengembangan kecerdasannya, namun juga untuk membawa peserta didik pada tingkat manusiawi dan peradaban, terutama pada zaman modern dengan berbagai kompleksitas yang ada.
Dalam penciptaaannya, manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan dengan dua fungsi, yaitu fungsi sebagai khalifah di muka bumi dan fungsi manusia sebagai makhluk Allah yang memiliki kewajiban untuk menyembah-Nya. Kedua fungsi tersebut juga dijelaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya berikut,
 إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً "
      “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi” [Q.S Al-Baqarah(2): 30].
                  Ketika Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi dan dengannya Allah SWT mengamanahkan bumi beserta isi kehidupannya kepada manusia, maka manusia merupakan wakil yang memiliki tugas sebagai pemimpin dibumi Allah.
                  Ghozali melukiskan tujuan pendidikan sesuai dengan pandangan hidupnya dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, yaitu sesuai dengan filsafatnya, yakni memberi petunjuk akhlak dan pembersihan jiwa dengan maksud di balik itu membentuk individu-individu yang tertandai dengan sifat-sifat utama dan takwa.
                  Dalam khazanah pemikiran pendidikan Islam, pada umumnya para ulama berpendapat bahwa tujuan akhir pendidikan Islam adalah ”untuk beribadah kepada Allah SWT”. Kalau dalam sistem pendidikan nasional, pendidikan diarahkan untuk mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa, maka dalam konteks pendidikan Islam justru harus lebih dari itu, dalam arti, pendidikan Islam bukan sekedar diarahkan untuk mengembangkan manusia yang beriman dan bertaqwa, tetapi justru berusaha mengembangkan manusia menjadi imam/pemimpin bagi orang beriman dan bertaqwa .
            Untuk memahami profil imam/pemimpin bagi orang yang bertaqwa, maka kita perlu mengkaji makna takwa itu sendiri. Inti dari makna takwa ada dua macam yaitu; itba’ syariatillah (mengikuti ajaran Allah yang tertuang dalam al-Qur’an dan Hadits) dan sekaligus itiba’ sunnatullah (mengikuti aturan-aturan Allah, yang berlalu di alam ini), Orang yang itiba’ sunnatullah adalah orang-orang yang memiliki keluasan ilmu dan kematangan profesionalisme sesuai dengan bidang keahliannya. Imam bagi orang-orang yang bertaqwa,
                  artinya disamping dia sebagai orang yang memiki profil sebagai itba’ syaria’tillah sekaligus itba’ sunnatillah, juga mampu menjadi pemimpin, penggerak, pendorong, inovator dan teladan bagi orang-orang yang bertaqwa.


























BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari uraian dan penjelasan di atas, pemakalah menyimpulkan :
1. Tujuan utama dalam pendidikan Islam adalah membentuk pribadi muslim yang sadar akan tujuan asal mula penciptaannya, yaitu sebagai abid (hamba). Sehingga dalam melaksanakan proses pendidikan, baik dari sisi pendidik atau anak didik, harus didasari sebagai pengabdian kepada Allah SWT dan semata bertujuan memperoleh ridho Allah SWT.
2. Pendidikan Islam mempunyai misi membentuk kader-kader khalifah fil ardl yang mempunyai sifat-sifat terpuji. Diharapkan akan terbentuk muslim yang mampu mengemban tugas sebagai pembawa kemakmuran di bumi dan“Rahmatan Lil Alamin“.
3. Secara umum tujuan pendidikan Islam adalah membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohani serta moral yang tinggi, untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akherat, baik sebagai makhluk individu maupun sebagai anggota masyarakat. Wallahu ‘alam bisshowab
















DAFTAR PUSTAKA

Drs. H. Moh. Rifa’i, 1978, Ilmu Fiqh Islam Lengkap, Semarang : PT. Karya Toha Putra
M. Quraisy Shihab, 2002, Tafsir al-Mishbah, Jakarta : Lentera Hati
 Tafsir Al-Maragi, Ahmad Mustafa Al Maragi, 1993, semarang: CV Toha putra, halm 152-154.
http://kahmiuin.blogspot.com/2007/08/konsep-pendidikan-dalam-al-quran-dan.html
http://g3scotmv01rahmad.blogspot.com/2011/06/surat-az-zariyat-ayat-56.html.
http://www.al-shia.org/html/id/books/anbia/01.htm.











1 komentar:

  1. Lucky Club Casino Site - Lucky Club
    Lucky Club offers all the best in online gambling providing the best in online gaming. With the fastest live chat rooms in Malta, 🎲 Games: 500+📺 Deposit Bonus: 100% up to C$1600💳 Mobile: Android,iPhone,iPad💳 Bonus Code: None luckyclub Needed

    BalasHapus